arca-pagar

Jelajah Sejarah Komunitas Pecinta Sejarah Fahum di Pagar Alam

Pada kegiatan tahun ini. Komunitas Pecinta Sejarah melakukan Jelajah Sejarah keluar Kota. Dan kota yang di pilih adalah Kota Pagar Alam. Kota Pagar Alam di pilih karena memiliki peninggalan situs Megalithikum dan juga memiliki adat dan budaya yang masih dijaga sampai sekarang.

Selain dikenal dengan tempat yang memiliki destinasi wisata dan juga pemandangan yang Indah. Komunitas Pecinta Sejarah, belajar mengenai adat dan budaya dan juga mengenal Aksara Ulu (Pagar Alam) atau biasa di sebut Ke Ge Nge (ucapan orang Besemah) dan mengetahui penyebaran Agama Islam di Pagar Alam

Dalam kegiatan ini berlangsung selama 3 hari di Pagar Alam Kegiatan di hari pertama di isi Dengan Diskusi oleh pemateri Sataruddin Tjik Olah yang merupakan salah satu tetua adat Besemah. Yang membahas mengenai Adat budaya Besemah dan Aksara Ulu. Kegiatan hari Kedua di Isi Dengan Diskusi oleh Ketua Lembaga Adat Besemah, Firmansyah, S.H. Membahas mengenai Penyebaran Agama Islam di Pagar Alam.

Kegiatan di Hari ketiga melakukan kunjungan ke Situs Megalithikum yang berusia kurang lebih 4000 tahun yang berada di Situs Megalithikum Tegur Wangi bersama tetua adat Besemah dan juga refreshing ke Kebun Teh dan Air Terjun Curup Embun. Kegiatan ini mendapatkan pengalaman baru bagi Anggota Komunitas Pecinta Sejarah karena dapat mengetahui adat dan Budaya masyarkat Besemah

Besemah, memiliki makna tersendiri oleh masyarakat disana, asal mula dari Ratu dari Kerajaan di atas angin (Bukit Barisan) yang kala itu memiliki seorang Premaisuri sedang mencuci di di Pinggir Sungai Lematang lalu masukan Ikan Semah di wadah cucian nya lalu mengatakan “Wahai. Suami ku ada ikan masukan kewadah” lalu suami itu mengatakan kita memiliki Ikan SEMAH. Kesimpulan nya bahwa Besemah sendiri merupakan memiliki kisah legenda yang ada di masyarkat disana. Yang memiliki arti Mempunyai Ikan Semah

Adat budaya Besemah mengambil dari Undang-Undang Simbur Cahaya yang di buat oleh Istri dari Sido Ing Kenayan  yaitu Ratu Sinuhun. Disebagian desa masih menerapkan adat tersebut yaitu seperti Tradisi “Pantauan” yang isinya ketika ada tamu datang kelingkungan masyarakat maka akan di jamu dengan makan bersama. Tapi sebagian desa tidak digunakan lagi karena faktor ekonomi yang tidak menentu di Masyarakat Pagar Alam.

Aksara Ulu di Pagar Alam sendiri memiliki variasi bunyi dengan Vokal E berbeda dengan Aksara Ulu/ Had Lampung dan daerah lainnya. Aksara Ulu di Pagar Alam sendiri sudah diterapkan di Nama Jalan di Pagar Alam Menurut Kepala Lembaga Adat Besemah “Tokoh penyebaran Islam di Besemah sendiri yaitu Syeikh Nurkhodim Al-Baharuddin Pada Abad 18-19 M. yang penyebarannya kemudian dilanjutkan oleh kedua anaknya. Selanjutnya penyebaran Islam di Bumi Besemah berkembang dengan sendirinya” (SA)

[:]

Tags: No tags

Comments are closed.