Promoting Indonesian Islamic Higher Education (Kegiatan Road Show oleh Tim Ekspedisi Islam Nusantara

Rabu, 2016-05-18

Selasa, 17 Mei 2016 Tim Ekspedisi Islam Nusantara datang ke Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang untuk melaksanakan kegiatan road show tentang Islam Nusantara. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan dari program Promoting Indonesian Islamic Higher Education Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI. Rencananya, acara ini akan ditanyangkan dalam Net-TV selama bulan Ramadhan mendatang. Adapun tema yang dibahas dalam acara tersebut adalah tentang “Khazanah Keilmuan Melayu-Nusantara di Palembang”.

 

Sebagai narasumber dalam acara tersebut, Tim Ekspedisi Nusantara menghadirkan tiga pembicara yakni, Bapak Kemas Andi Syaripudin (Kolektor dan Pemerhati Pernaskahan Palembang), Dr. Nor Huda Ali, M.A. (akademisi Fak. Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah) dan Bapak K.H. Imam Pituduh (Wakil Ketua Sekretaris Jenderal Nahdhatul Ulama). Acara dihadiri oleh kalangan akademisi, masyarakat pecinta naskah, dan mahasiswa.

 

Pada kesempatan itu, Kms. Andi Syarifuddin mengatakan bahwa pada masa Kesultanan, Palembang merupakan salah satu pusat kegiatan keagamaan di Nusantara setelah Aceh Darussalam. Namun, patut disayangkan, naskah-naskah keagamaan yang ada sekarang ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Akibatnya, banyak naskah itu yang terbengkalai dan rusak sia-sia. Sementera itu, beberapa kolektor naskah dari negeri jiran, Malaysia, telah secara aktif memburu naskah-naskah yang ada di Palembang ini. Jadi, Kms. Andi berharap melalui acara ini, maka masyarakat Indonesia khususnya Palembang dapat mengetahui tentang ulama-ulama berikut karya-karyanya.

 

Pada sisi yang lain Nor Huda Ali menyoroti tentang tidak berkembangnya atau matinya penggunaan huruf Jawi atau huruf Pegon dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, secara historis, huruf ini merupakan media utama dalam menuliskan naskah-naskah keagamaan yang ada di Nusantara. Hilangnya huruf ini dari peredaran masyarakat Islam merupakan salah satu faktor penghalang masyarakat dalam mengakses naskah-naskah keagamaan yang ditinggalkan oleh para ulama masa lalu. Oleh karena itu, Nor Huda Ali merekomendasikan agar pemerintah merevitalisasi penggunaan huruf Jawi dalam masyarakat. Namun, hal ini juga perlu dimulai dan harus dilakukan oleh kelompok-kelomok masyarakat Muslim di Indonesia itu sendiri.

 

Lebih lanjut Kyai Pituduh menjelaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan cerdas. Hal ini dapat dilihat dari warisan intelektual yang ditinggalkan. Namun, kolonialisme Belanda secara sistematis telah menjauhkan umat Islam Indonesia dari warisan intelektual tersebut agar Belanda dapat dengan mudah dan mempertahankan tanah jajahannya. Dampaknya, bangsa Indonesia tetap merasa sebagai bangsa yang bodoh. Manipulasi sejarah yang telah dilakukan bangsa Barat terhadap Islam Indonesia telah merendahkan martabat bangsa Indonesia itu sendiri.

 

Selain itu, K.H. Imam Pitudu juga menyampaikan ada empat hal yang harus diperhatikan, pertama tentang bagaimana rekonstruksi sejarah Islam di Nusantara. Beliau melihat selama ini, para akademisi hanya percaya dan berkiblat pada naskah kolonial saja, padahal karya-karya ulama kita sangat berlimpah. Kedua kita harus menyelamatkan naskah-naskah yang telah ditulis oleh ulama Nusantara, dan ketiga penyelamatan situs-situs sejarah Islam, keempat bagaimana merunut dan mentradisikan lagi geneologi tasawuf. Dia juga menyarankan kepada Kementerian Agama RI harus menyediakan satu divisi khsusus untuk menyelamatkan karya-karya ulama Nusantara tersebut. Karena, jika tidak Indonesia hanya akan menjadi masa lalu dan tidak akan pernah menjadi masa depan. Beliau juga menegaskan bahwa Islam pobia mulai menyebar, jika kita tidak  segera mengambil tindakan, ideologi yang menyatakan Islam adalah teroris dan teroris adalah Islam, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan dibumihanguskan. (Admin)

 

 

Tags: No tags

Leave a Comment