SEMINAR ILMIAH: Kebahasaan dan Kesastraan

Palembang, 16 Agustus 2016, di hari yang sama, Fakultas Adab juga melaksanakan seminar ilmiah kerjasama Balai Bahasa Kota Palembang dengan Universitas di Sumatera Selatan. Adapun tema yang diambil adalah “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Hasil Karya Kreativitas dan Pemikiran Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan”. Sebagai pemandu acara atau moderator adalah Bapak Imam Warmasyah M.A, dosen Bahasa dan Sastra Arab FAHUM. Kali ini ada empat narasumber yang dihadirkan, yakni Ibu Indrawati Selayar, M.Pd.(Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah), Bapak Dalilan, M.Hum.(Dosen Bahasa Inggris FAHUM), Bapak Agus Heru, M.Pd. (Universitas PGRI Palembang), dan Ibu Liny Oktoviani dari Balai Bahasa Kota Palembang. Acara seminar ini berlangsung dari pukul 13.00 s/d 15.30 WIB, setelah sebelumnya dilaksanakan seminar kebudayaan pada pagi harinya.

Ibu Indrawati menyampaikan tema tentang “Santun Berbahasa di Media Sosial”. Ia mengamati tata cara berbahasa di media sosial, khususnya facebook yang dianggapnya kurang santun. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak diperhatikan oleh pengguna facebook. Banyak status (istilah teknis dalam facebook) bertebaran di sana yang tata bahasanya sangat kacau. Hal yang menarik hati beliau adalah terkadang status-status tersbebut ditulis oleh kalangan pelajar, dan bahkan dosen sekalipun, yang notebene telah banyak mempelajari Bahasa Indonesia. Melihat fenomena seperti itu, Bu Indra –demikian dia sering disapa- merasa perihatin. Oleh karena itu, ia merasa pendidikan karakter dalam berbahasa di media sosial sangat penting.

Menurut Bu Indra, seperti halnya makanan, bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Ketika manusia berkomunikasi, banyak hal yang ia pelajari dari proses komunikasi tersebut. Bahasa sebagai budaya perlu dipelajari, dilatih, dan dibiasakan. Pembiasaan terhadap penggunaan bahasa yang santun di media sosial terutama facebook dianggap sangat efektif, karena sebagian besar orang Indonesia memiliki dan menggunakan facebook  sebagai media komunikasi yang murah dan mudah digunakan. Dalam hal ini, facebook dapat dijadiakn media pembelajaran dalam menggunakan bahasa yang santun.

Berkaitan dengan penggunaan bahasa yang santun, Bapak Agus Heru, M.Pd., menyampaikan bagaimanakah sikap berbahasa kita. Meteri yang disampaikannya tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Indrawati tersebut. Menurut Pak Heru, dalam berbahasa ada dua sikap yang diperlihatkan oleh pemakai bahasa: sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif ditunjukkan oleh pemakai bahasa dengan timbulnya kesadaran berbahasa yang tinggi. Sikap negatif tercermin dari kurangnya kesadaran pemakai dalam menggunakan bahasa secara tertib, santun, baik, dan benar.

Sementara itu, Bapak Dalilan M.Hum. menyoroti tentang peminjaman kosa kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, seperti yang ia temukan dalam buku yang berjudul My Stupid Boss, dan buku ini sempat juga dibuat film dan telah ditayangkan beberapa waktu lalu. Peminjaman kata yang ada seperti Bahasa Inggris yang dicampur dengan Bahasa Indonesia, baik itu kata kerja, kata sifat, dan lain sebagainya. Menurutnya, peminjaman kata tersebut sah-sah saja, asalkan tidak digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Bagaimanapun, peminjaman kosa kata Bahasa Inggris bagi penutur Bahasa Indonesia memiliki manfaat, sebagai pelatihan untuk bisa berbahasa Inggris, meskipun masih sangat minim.

Materi terakhir disampaikan oleh Ibu Liny Oktovianny tentang “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Sumatera Selatan Berbasis Teknologi Informasi”. Khazanah budaya (termasuk di dalamnya bahasa dan sastra) Sumatera Selatan tersebar di 17 kota/kabupaten. Kebudayaan tersebut lahir dari berbagai etnis yang berbeda gagasan, nilai, norma, dan aturan. Hal itu mencerminkan kekayaan khazanah budaya Sumatera Selatan yang beragam baik bentuk maupun isi. Sumatera Selatan memiliki beragam suku secara langsung memiliki beragam jenis sastra daerah yang bermedium bahasa daerah. Ada kecenderungan yang terjadi di masa kini, bahasa daerah termasuk di dalamnya sastra Sumatera Selatan kurang mendapat minat dan perhatian generasi muda Sumatera Selatan. Selain itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung menghilangkan kehidupan bahasa dan sastra daerah yang merupakan aspek penting dalam pelestarian bahasa daerah. Menurut beliau, globalisasi dapat kita sikapi dengan arif dan bijaksana apabila telah ada persiapan. Teknologi dapat digunakan sebagai pondasi pelestarian bahasa dan sastra Sumatera Selatan. Hal ini tentunya perlu upaya-upaya nyata dari berbagai lapisan masyarakat pemakai bahasa daerah Sumatera Selatan  untuk melestarikan bahasa daerah Sumatera Selatan. Dengan teknologi, pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Sumatera Selatan dapat lebih lebih mudah diakses tanpa ada batas, ruang, dan waktu.

Di akhir acara, keempat narasumber sama-sama mengajak untuk bersikap santun dalam berbahasa, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan tetap melestarikan bahasa dan sastra Sumatera Selatan di era globalisasi dan kemajuan teknologi dan informasi. (Pengelola webiste FAHUM).

 

 

Tags: No tags

Comments are closed.