Palembang, 15 Agustus 2016, Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) melaksanakan kegiatan Studium General dengan tema “Potensi Budaya dan Pariwisata Sumatera Selatan, Peluang dan Tantangan bagi Calon Alumni Fakultas Adab dan Humaniora”. Dalam acara tersebut, FAHUM mengundang Ibu Irene Camelyn Sinaga, AP., M.Pd., Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Selatan dan Bapak Rapanie Igama kepala Taman Budaya, Palembang sebagai narasumber. Acara itu dipandu oleh Bapak Dr. Yazwardi, M.Ag. selaku moderator.
Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UIN Raden Fatah, yakni Bapak Prof. Dr. M. Sirozi. M.A, Pimpinan Fakultas Adab dan Humaniora, pegawai, dan mahasiwa. Dalam sambutannya Rektor menyampaikan betapa pentingnya kegiatan ini bagi mahasiswa dan alumni FAHUM. Beliau juga memberikan semangat dan motivasi kepada mahasiswa baru FAHUM. Rektor mengingatkan kepada mahasiswa baru bahwa tugas utama mereka di UIN Raden Fatah adalah belajar. Karena itu, waktu kuliah harus dimaksimalkan untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung perkuliahan. Mahasiswa juga diminta mau lebih banyak membaca dan mengakses ilmu pengetahuan yang lain untuk mendukung keberhasilan studi. Sebetulnya, itu pun tidak cukup, karena mahasiswa juga dituntut untuk menguasai bahasa asing (Inggris, Arab, atau kedua-duanya). Penguasaan bahasa asing merupakan tuntutan agar yang bersangkutan mampu bersaing di dunia global.
Sambutan selanjutnya juga disampaikan oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Dr. Nor Huda Ali, M.Ag., M.A. Dalam sambutannya bahwa dalam kuliah umum ini sengaja mengundang Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tujuannya adalah agar mahasiswa baru mengetahui tantangan dan peluang kerja yang dihadapi nanti. Banyak bidang budaya dan pariwisata di Sumatera Selatan yang membutuhkan tenaga terampil dari alumni Fakultas Adab dan Humaniora. Tentu saja ini adalah peluang yang baik bagi terserapnya alumni FAHUM di dunia kerja. Dengan begitu diharapkan mahasiswa merasa memiliki keyakinan diri yang kuat untuk sungguh-sungguh mengikuti perkuliahan di Fakultas Adab dan Humaniora. Ke depan, Dekan berharap agar ada kerja sama antara pihak Fakultas dan Humaniora dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, baik yang berhubungan dengan akademik maupun pengabdian.
Pada kegiatan tersebut, Ibu Irene menyampaikan bahwa dalam membangun kepariwisataan di suatu daerah, ada empat hal yang harus dikembangkan bersama-sama. Keempat hal tersebut adalah Destinasi atau objek wisata itu sendiri, kemudian industrinya, seperti perhotelan, restoran, travel agent dan penerbangan. Selanjutnya promosi tempat wisata dan sumber daya manusianya (SDM) seperti pemandu wisata. Kempat hal tersebut tidak boleh dikembangkan hanya salah satu saja, artinya harus dikembangkan semuanya secara bersamaan. Selanjutnya ia mengatakan bahwa, potensi wisata di Sumatera Selatan tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat lain yang ada di Indonesia. Karena itu, ada tiga jenis wisata yang harus dikembangkan, yaitu wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya. Biasanya para wisatawan lebih tertarik mengunjungi wisata budaya, hal ini dapat dilihat dari prosentase pengunjung yang mencapai 65 %, dan 30 % mengunjungi wisata alam, sisanya 5 % ke wisata buatan seperti even dan festival, dan Sumatera Selatan mempunyai ketiga jenis wisata tersbut. Terakhir ia mengatakan, Sumatera Selatan harus bisa melihat peluang wisata halal, yang mana saat ini, wisata tersebut sangat diminati oleh wisatawan asing maupun lokal. Ia juga berharap mahasiswa dan alumni FAHUM bisa berperan aktif dalam kepariwisataan di Sumatera Selatan, terutama dalam dunia parisiwisata halal.
Bidang budaya, demikian kata Pak Rapanie, adalah bidang masih perlu mendapat perhatian khusus. Banyak budaya Palembang yang terkesan tidak terurus, karena kurangnya tenaga ahli. Tentu saja adalah peluang yang besar bagi alumni Fakultas Adab dan Humaniora ke depan. Pak Rapanie yakin bahwa lulusan alumni FAHUM mampu berkiprah di bidang-bidang budaya karena mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang berkaitan dengan itu. Misalnya, di Jurusan SKI ada matakuliah tentang Aksara Ulu (Kaganga) dan Akasara Jawi, di mana naskah-naskah seperti ini cukup melimpah di Sumatera Selatan. Ini adalah salah satu contoh. (Pengelola website FAHUM).